PERANAN PERIKANAN LAUT DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN DAERAH DI KOTA PEKALONGAN 1993-2000

BAB  I


PENGANTAR


1.1  Latar Belakang


Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang bersifat multidimensional dan membawa dampak negatif terutama naiknya tingkat kemiskinan dan pengangguran, meskipun tiap daerah tidak sama, hal ini tergantung dari kondisi dan potensi ekonomi yang ada di daerah tersebut. Bagi Daerah yang berorientasi pada sektor pertanian dengan orientasi ekspor tidak begitu merasakan dampak krisis, tetapi untuk daerah yang bergantung pada sektor manufaktur dengan kandungan impor yang tinggi, serta sektor konstruksi, dan sektor perbankan lebih besar dalam merasakan dampak krisis.


Dalam rangka penanggulangan krisis maupun pemulihan ekonomi, maka perlu dipilih sektor yang berbasis sumberdaya alam, di mana Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luas, salah satunya potensi laut yang berisi ikan dengan aneka ragam jenisnya. Untuk itu produk perikanan laut Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembangunan nasional.


Tampaknya telah menjadi kesepakatan nasional dalam rangka penanggulangan krisis maupun pemulihan ekonomi setidaknya dalam sepuluh tahun ke depan, bahwa pengembangan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif termasuk dalam menghadapi pasar global adalah mutlak dikembangkannya ekonomi yang “resource based industrialization”, terutama yang berbasiskan sumberdaya alam pertanian. Dengan demikian pengembangan agrobisnis dan agroindustri harus menjadi  leading sector atau core dalam proses pembangunan, terlebih lagi kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi rakyat (Damanhuri, 2000).


Dalam menghadapi era globalisasi Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan arah kebijakan pembangunan ekonomi. Salah satu arah kebijakan tersebut adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif  sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kelautan, kehutanan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajinan rakyat (GBHN, 2001:64).


Sejalan dengan kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan kemudian telah ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom telah memberikan otonomi yang lebih luas kepada propinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan pembangunan di daerah masing-masing, termasuk mengelola sumberdaya kelautan di wilayahnya. Sebagaimana dalam pasal 3 UU No. 22 tahun 1999 dinyatakan bahwa wilayah daerah propinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Selain itu pada pasal 10 disebutkan bahwa kewenangan daerah kabupaten/kota dalam mengelola laut adalah sejauh sepertiga dari batas laut daerah propinsi, sehingga dengan dasar Undang-undang tersebut, maka  masing-masing daerah dapat mengembangkan sumberdaya yang ada seoptimal mungkin.


Menurut Kelompok Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), perikanan laut merupakan komoditas yang masuk dalam sektor pertanian, tepatnya pada subsektor perikanan. Karena  Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah laut yang luas sehingga perikanan merupakan subsektor yang penting, namun di Indonesia subsektor ini belum dikelola dengan baik. Bagaimana pun juga pemerintah berusaha membangun subsektor ini dan diarahkan ke peningkatan pendapatan nelayan/petani ikan, perubahan gizi rakyat, dan peningkatan ekspor dengan tetap mempertahankan kelestarian sumber serta memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE 200 mil laut).


Untuk memanfaatkan potensi laut tersebut. Saat ini Propinsi Jawa Tengah telah memiliki 77 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan terdiri atas 69 buah tersebar di pantai utara dan 8 buah di pantai selatan. Kota Pekalongan yang terletak di pesisir pantai utara Jawa, memiliki potensi pembangunan daerah yang didukung oleh kegiatan perikanan laut, antara lain dengan adanya Pelabuhan Perikanan Nasional Pekalongan (PPNP) berikut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang cukup luas dan terbesar di Propinsi Jawa Tengah, sehingga dapat menampung kapal ikan yang berlabuh dan bertransaksi dengan kata lain produksi ikan laut dapat meningkat serta berdampak positif pada kegiatan ekonomi lainnya.


Untuk mempercepat pembongkaran, pelelangan dan mempertahankan kualitas (mutu) ikan, di Kota Pekalongan telah dibangun 2 (dua) tempat pelelangan ikan (TPI) yang terletak dalam satu lokasi, yaitu:




  1. TPI I (sebelah utara) dibangun pada tahun 1992 seluas 4.000 m2, digunakan untuk pelelangan ikan dari hasil Kapal Motor Purse Seine, setiap hari dapat menampung 20–30 kapal motor;

  2. TPI II (sebelah selatan) dibangun pada tahun 1975 seluas 2.000 m2, yang digunakan untuk pelelangan ikan dari hasil Kapal Motor Mini Purse Seine dan sopek/kapal kecil, setiap hari dapat menampung 20–30 kapal.


Sebagai gambaran jumlah produksi dan nilai produksi ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan Kota Pekalongan selama 8 tahun terakhir adalah sebagai berikut.


Tabel 1.1


Banyaknya Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut di Kota  Pekalongan, 1993-2000

























































Tahun



Produksi (kg)



Nilai Produksi (Rp)



1993



88.394.593



53.767.892.200



1994



103.008.642



62.228.127.400



1995



91.981.314



61.700.800.200



1996



81.100.712



65.943.098.700



1997



79.434.218



67.240.410.700



1998



81.214.535



151.228.787.500



1999



65.034.607



164.737.016.500



2000



64.719.756



151.727.810.000


Rata-rata

81.861.047



97.321.742.900



Sumber : Bappeda-BPS Kota Pekalongan, Kota Pekalongan dalam Angka,            beberapa tahun


Melihat hasil produksi perikanan laut di Kota Pekalongan tersebut cukup melimpah, sehingga dalam delapan tahun terakhir dapat memberikan kontribusi produksi perikanan laut terhadap produksi perikanan laut  Propinsi Jawa Tengah. Kontribusi tersebut rata-rata sebesar 29,13% sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.2.


Tabel 1.2


Kontribusi Produksi Perikanan Laut Kota Pekalongan terhadap


Propinsi Jawa Tengah, 1993-2000



































































Tahun



Kota Pekalongan


(ton)



Jawa Tengah


(ton)



Kontribusi


(%)



1993



88.394,6



249.045,7



35,49



1994



103.008,6



310.430,2



33,18



1995



91.981,3



271.328,7



33,90



1996



81.100,7



284.284,6



28,53



1997



79.434,2



268.921,9



29,54



1998



81.214,5



303.899,4



26,72



1999



65.034,6



280.545,3



23,18



2000



64.719,8



287.339,0



22,52


Rata-rata

81.861,0



281.974,4



29,13



Sumber : Jawa Tengah dalam Angka, beberapa tahun


Sebagai gambaran umum, Kota Pekalongan merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah yang terletak di pesisir pantai utara, dengan luas wilayah 45,25 km2 dengan panjang pantai ± 7 km yang terdiri atas 4 kecamatan dengan 46 desa/kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 261.745 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 129.427 orang perempuan 132.318 orang, untuk jumlah penduduk dewasa sebanyak 179.113 orang dan anak-anak sebanyak 82.632 orang.


Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah sejauhmana peranan kegiatan usaha Perikanan Laut dalam mendukung perekonomian daerah di Kota Pekalongan. Untuk lebih mendalam dapat dikaji seberapa besar kontribusi kegiatan perikanan laut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor, dan pendapatan daerah, serta  kemampuan penyerapan tenaga kerja.


1.2.  Keaslian Penelitian


Sepanjang yang diketahui, penelitian yang berkaitan dengan perekonomian maupun perikanan telah beberapa kali dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri. Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak pula digunakan oleh para peneliti dalam rangka penelitian tersebut. Sebagai pembanding dikemukakan beberapa hasil penelitian berikut ini.


Antle (1999) dalam salah satu bagian tulisannya mengemukakan hasil penelitian tentang bagaimana karakteristik pangsa pasar sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Penelitian dilakukan di 24 negara bagian Amerika Serikat untuk kurun waktu 1960; 1970; dan 1980. Salahsatu kesimpulan penting dari hasil analisisnya adalah bahwa pangsa (share) sektor pertanian terhadap Gross Domestik Products (GDP) cenderung menurun sejalan dengan pertumbuhan GDP tersebut. Di samping itu disimpulkan pula bahwa negara bagian dengan tingkat pendapatan yang relatif masih rendah cenderung membebani/menyandarkan perekonomiannya pada sektor pertanian. Sebaliknya, negara bagian dengan tingkat pendapatan yang relatif sudah tinggi cenderung mensubsidi sektor pertanian. Dikemukakan pula bahwa salahsatu faktor yang mendorong terjadinya penurunan relatif dari peranan (share) sektor pertanian, adalah terjadinya peningkatan yang relatif tinggi dari perkembangan tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektor lain.


Pomeroy dan Trinidad (1996) melakukan penelitian mengenai aspek sosial ekonomi perikanan rakyat di Asia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perikanan rakyat  di berbagai negara Asia memberikan kontribusi 1-5 % dari Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha perikanan rakyat di Malaysia memberi kontribusi terhadap PDB sebesar 1,8 %, di Philipina 4,4 %.


Miller and Russek (1997) melakukan penelitian di negara bagian Amerika dan Distrik Colombia periode 1978-1992, dengan pendekatan alat analisis model dan metode ekonometrika. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penaikan pajak dan penurunan pembiayaan  transfer ke daerah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan perekonomian di daerah dan secara jangka panjang akan mempengaruhi perekonomian negara. Hal tersebut dibuktikan dengan menguji pengaruh redistribusi penerimaan pajak untuk pembiayaan pelaksanaan pelayanan publik yang relatif kecil dibandingkan dengan apabila pelaksanaan pelayanan publik tersebut dibiayai dari potensi ekonomi daerah yang bersangkutan.


Khalifah (1996) meneliti pertumbuhan pasar ekspor Malaysia selama kurun waktu 3 tahun periode 1991-1993, dengan alat analisis shift-share. Dalam penelitiannya diketahui pertumbuhan ekspor dengan basis industri, sektor manufaktur lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Dari pengelompokan negara tujuan ekspor diketahui net shift positif untuk negara  Amerika, Hongkong, Cina, Taiwan dan Mexico, sedangkan Jepang, Singapore, Korea, India, Australia dan Indonesia net shift menunjukkan negatif. Net shift dilihat dari pengaruh bauran industri, keunggulan kompetitif dan pengaruh alokasi.


Aziz (1994) mengamati tentang dimensi daerah dan pendekatan keuntungan komparatif di sektor industri. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam penelitiannya adalah dengan menggunakan LQ (Location Quotient). Dari hasil penelitiannya bahwa LQ sektor industri di Jawa Tengah dalam kurun waktu 1971–1980 selamanya di atas satu, sedangkan di Nusa Tenggara (Timur dan Barat) nilai LQ sektor industri tidak pernah melebihi satu.


Dibandingkan dengan penelitian terdahulu penelitian ini berbeda pada lokasi penelitian dan periode waktu. Analisis kajian didasarkan pada kontribusi kegiatan usaha perikanan laut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB), perkembangan kontribusi terhadap ekspor non migas, dan perkembangan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Selain itu juga memberi gambaran kemampuan penyerapan tenaga kerja yang terserap dari kegiatan yang terkait ke belakang (backward linkage) dan kegiatan yang terkait ke depan (forward linkage), serta kegiatan utama di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).


1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1  Tujuan penelitian


Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:




  1. mengukur besarnya kontribusi  kegiatan perikanan laut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor, dan penerimaan daerah di Kota Pekalongan;

  2. memberikan deskripsi kemampuan penyerapan tenaga kerja pada kegiatan usaha perikanan laut di Kota Pekalongan.


1.3.2  Manfaat penelitian


            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti, yaitu:




  1. sebagai bahan masukan berupa sumbang saran atau pemikiran baru  bagi Pemerintah Kota Pekalongan dalam membuat kebijakan  pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan usaha perikanan laut;

  2. sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya, khususnya di Kota Pekalongan.

0 komentar:

Posting Komentar