KINERJA KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH PERIODE 1996 - 2001

BAB I


PENGANTAR


1.1  Latar Belakang


            Menurut Mardiasmo (2002:46) tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah.  Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: 1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, 2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan 3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (public) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.


            Kebijakan pemberian dan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan serasi merupakan langkah strategis yang membuka peluang dan kesempatan kepada daerah untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintah sebagai urusan rumah tangganya sendiri, namun kebijakan strategis ini mungkin akan memunculkan permasalahan baru yaitu “ mampukah daerah membiayai seluruh operasionalnya dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri” ?.  Untuk menjawab permasalahan tersebut, daerah dituntut untuk mencari dan menggali sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari pemerintah pusat.  Salah satu langkah strategis yang harus dilaksanakan adalah menarik investor asing agar bersama-sama swasta domestik mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.  Dengan kondisi seperti ini, peranan investasi swasta dan BUMD dalam hal ini PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah yang dapat memberikan efek pengganda terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD ).


            Seiring dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, aktivitas perekonomian daerah diharapkan akan meningkat, agar kesejahteraan masyarakat juga meningkat.  Perbankan di daerah perlu menyelaraskan perkembangan ekonomi di daerah.  PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah sebagai salah satu perbankan di daerah akan dihadapkan pada tantangan-tantangan baru, di antaranya adalah: meningkatkan perannya dalam mendorong perekonomian daerah, meningkatkan mutu pelayanan dan produk-produk perbankan dan memperbaiki manajemen perbankan.               Berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1) Pajak Daerah, 2) Retribusi Daerah, 3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, serta 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.  Karena  PAD merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, diharapkan seluruh   komponen Pendapatan Asli Daerah tersebut dapat digali dan dikembangkan secara optimal  sehingga pemerintah daerah mampu  membiayai kegiatan pembangunan disegala sektor yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu kebijakan strategis yang dapat ditempuh pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD yaitu  dengan optimalisasi peran PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah.


           Penerimaan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Propinsi Kalimantan Tengah selama tahun 1996/1997 – 2001 mengalami peningkatan.  Namun bagian laba BUMD kontribusinya masih relatif kecil terhadap PAD.  Pada tahun 1996/1997 kontribusinya 3,74% terhadap PAD dan menurun menjadi 3,23% pada tahun 2001.  Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.


Tabel 1.1


Komposisi Pendapatan Asli Daerah


Propinsi Kalimantan Tengah,


1996/1997 – 2001 (jutaan rupiah)



















































































Uraian

Tahun


 

1996/1997



1997/1998



1998/1999



1999/2000



2000



2001


Pajak Daerah

9.000,00



12.353,00



18.050,00



2.610,00



12.700,00



26.000,00


Retribusi Daerah

2.810,00



3.678,00



2.685,00



1.822,00



1.073,00



1.823,00


Bagian Laba Pers. Daerah

510,00



960,00



740,00



965,00



1.050,00



1.050,00


Penerimaan Dinas-Dinas

130,00



190,00



212,00



-



-



-


Penerimaan Lain-Lain

1.175,00



1.520,00



1.814,00



4.231,00



2.178,00



3.628,00


Jumlah

13.625,00



18.701,00



23.501,00



9.628,00



17.001,00



32.501,00


Kontribusi BUMD

Terhadap PAD (%)

3,74



5,13



3,15



10,02



6,18



3,23



Sumber: Bagian Keuangan Setda Prop. Kalteng, Perkembangan APBD, beberapa terbitan


             Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah yang bersumber dari bagian laba PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah pada tahun 1996 sebesar Rp662 juta dan meningkat menjadi Rp1.843 juta pada tahun 2001.  Demikian juga persentase bagian laba Pemda Propinsi Kalimantan Tengah terhadap modal disetor ke PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah cenderung meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 1996 sebesar 12,69% dan meningkat menjadi 20,21% pada tahun 2001.  Perbandingan antara bagian laba yang diterima Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah terhadap modal yang disetor ke PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel 1.2.


Tabel 1.2


Perbandingan Bagian Laba Pemda Prop. Kalteng.


Terhadap Modal Disetor Pemda PropinsiKalimantanTengah


ke PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah,


1996 – 2001 (jutaan rupiah)

























































No.


Uraian199619971998199920002001
1.Modal disetor Pemda Prop.Kalteng ke PT.BPK 

5.218
 

5.518
 

5.818
 

6.868
 

7.718
 

9.118
2.Rincian pembagian laba3.2902.3616.1585.2787.0778.330
3.Bagian laba Pemda Prop.Kalteng.

662
 

493
 

1.219
 

1.094
 

1.502
 

1.843
4.Perbandingan bagian laba terhadap modal disetor Pemda Kalteng. 


12,69%


 

 

 8 ,93%


 

 

20,95%


 

 

15,93%


 

 

19,46%


 

 

 20,21%



Sumber : PT. Bank Pembangunan Kalteng, Profil PT.BPK, beberapa terbitan,   data diolah.


            Pelaksanaan otonomi daerah sudah barang tentu akan mempengaruhi sektor perbankan di daerah.  Seiring dengan hal tersebut, sektor perbankan di daerah harus didorong pertumbuhannya.  Perkembangan perbankan di daerah perlu ditonjolkan, karena salah satu peran perbankan daerah tersebut adalah untuk mendorong ekonomi daerah.  Dengan demikian diharapkan mampu tercipta sinergi antara pemerintah daerah dengan perbankan daerah dalam memajukan perekonomian daerah.


            Sebagai salah satu perbankan di daerah, kemampuan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dalam menghimpun dana masyarakat pada tahun 1996 sebesar 25,49%, menurun menjadi 19,70% pada tahun 2001.  Demikian juga kemampuan dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat cenderung menurun yaitu 13,07% pada tahun 1996, menurun menjadi 11,12% pada tahun 2001 bila dibandingkan terhadap kemampuan perbankan yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah. Perbandingan antara jumlah dana yang dihimpun dan kredit yang disalurkan  oleh PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah terhadap perbankan yang ada di Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat  pada Tabel 1.3.


 Sumber : - PT. Bank Pembangunan Kalteng, Profil PT. BPK, beberapa terbitan


                 -  BankIndonesiaPalangka Raya, Statistik Keuangan Ekonomi Daerah PropinsiKalimantanTengah, 2000


            Selama tahun 1996 sampai tahun 2001 terjadi peningkatan peranan penghimpunan dana terhadap PDRB Propinsi Kalimantan Tengah, namun secara rata-rata peranan tersebut masih rendah yaitu sebesar 6,56% pertahun.  Di lain pihak peranan penyaluran kredit terhadap PDRB Propinsi Kalimantan Tengah cenderung berfluktuasi.  Secara rata-rata, peranan tersebut  sebesar 2,34% pertahun. Kemampuan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dalam menghimpun dana masyarakat serta penyalurannya kredit terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat  pada  tabel 1.4.


Sumber : - PT. Bank Pembangunan Kalteng, Profil PT. BPK, beberapa terbitan


-  BPS Prop. Kalimantan Tengah, Pendapatan Regional Kalimantan


   Tengah, 2000


            Perkembangan usaha PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah selama tahun 1996 sampai dengan 2001 secara umum cukup baik.  Hal ini terlihat dari meningkatnya penghimpunan dana, modal setor, perolehan pendapatan maupun laba tahun berjalan, serta perkembangan usaha lainnya.  Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5.


Tabel 1.5


Perkembangan Usaha PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah,


1996 – 2001 (Jutaan rupiah)



































































No.



Keterangan



1996



1997



1998



1999



2000



2001



1


Asset

Pertumbuhan
 176.135

20,17%
 188.985

7,30%
256.620

35,79%
298.839

16,45%
 439.749

47,15%

637.727


45,02%



2


Dana Pihak III

Pertumbuhan
 147,069

24,83%
 159.985

8,55%
214.358

33,98%
237.965

11,01%
 398.761

67,5 %

591.088


48,23%



3


Kredit diberikan

Pertumbuhan
  93.587

21,27%
 105.989

13,25%
 57.305

-45,93%
 72.874

27,17%
   87.501

20,07%

162.792


86,05%



4


Modal Sendiri

Pertumbuhan
 18.535

8,62%
  19.685

6,06%
20.548

4,52%
 24.453

19,00%
  27.788

13,64%

 32.226


15,97%



5


Laba stlh Pajak

Pertumbuhan
   3.427

2,30%
   2.460

-28,22%
  6.060

146,34%
   5.278

-12,90%
    7.077

34,08%

   8.330


17,71%



Sumber : PT. Bank Pembangunan Kalteng, Profil PT. BPK, beberapa terbitan


             Dua majalah keuangan yaitu Info Bank dan Investor melakukan pemeringkatan terhadap kinerja perbankan nasional.  Dari 145 bank yang diperingkat oleh Info Bank, tiga BPD masuk dalam kelompok  “10 besar” yaitu BPD Bali, Bank Jabar, dan Bank Sumsel.  PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah hanya mampu pada posisi peringkat 67 dengan predikat bagus.  Peringkat yang diperoleh PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah ini berada di posisi peringkat paling bawah bila dibandingkan dengan BPD se wilayahKalimantan.  BPD Kalimantan Selatan menempati peringkat 31, BPD Kalimantan Barat peringkat 41 dan BPD Kalimantan  Timur menempati peringkat 61 (Tambunan, 2002:38).


            Fenomena ini menarik untuk diteliti sehingga menjadi permasalahan pokok pada penelitian ini.  Masalah pokok tersebut adalah kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dalam meningkatkan bagian laba Pemda Propinsi Kalimantan Tengah terhadap modal disetor Pemda Propinsi Kalimantan Tengah serta meningkatkan peranan intermediasi dana bagi pembangunan ekonomi Daerah.  Peningkatan laba dan peranan tersebut diharapkan dapat meningkatkan PAD bagi Pemerintah Daerah di Propinsi Kalimantan Tengah sebagai salah satu pemilik modal.


            Sebagaimana disebutkan di atas, kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dilihat dari peningkatan laba dan peranannya.  Oleh karenanya penelitian ini dibatasi pada aspek usaha PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah  dalam peranannya terhadap peningkatan bagian laba Pemda Propinsi dan fungsi intermediasi dana.


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini yaitu “Sejauh mana kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dalam menghasilkan bagian laba terhadap modal disetor Pemda Propinsi Kalimantan Tengah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dalam mendukung otonomi daerah dan meningkatkan fungsi sumber dana bagi pembangunan ekonomi daerah?”


1.2  Keaslian Penelitian


            Penelitian dengan topik kinerja bank  telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun di dalam negeri.  Penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain:


1)  Kim, dkk. (1997) melakukan studi komparatif tentang kinerja bank umum yang ada di Korea Selatan dan Amerika Serikat selama kurun waktu 3 (tiga) tahun dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1993.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan bank umum.  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) dengan menggunakan alat analisis statistika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurunnya kinerja bank di Korea Selatan dilihat dari keuntungan yang menurun sedangkan bank di Amerika Serikat kinerja dilihat dari keuntungan menaik.  Menurunnya keuntungan bank di Korea disebabkan karena adanya penurunan tingkat bunga dan kenaikan cadangan kerugian pinjaman yang disebabkan oleh liberalisasi perbankan di Korea Selatan sehingga mempengaruhi keuntungan bank-bank di Negara tersebut;


2)  Michael (2000) melakukan penelitian terhadap 228 bank yang memiliki asset di atas 1 juta dollar posisi 31 Desember 1999.  Penelitian ini me-rating 100 bank dengan menggunakan Return of Earning (ROE) yang terbesar, bank yang memiliki ROE terbesar akan dimasukkan dalam kriteria kinerja terbaik dan sebaliknya bank yang memiliki ROE yang terkecil mendapat peringkat terkecil. Digunakannya ROE sebagai dasar seleksi karena bank-bank ini mendapat respect yang kecil dari pasar tetapi justru mendapatkan tempat yang besar dari returns on equity dan bukan dari net interest margin.  Kelompok 3 (besar) besar kinerja terbaik adalah Bank of NY Company, New York menempati peringkat pertama dengan ROE 34,00% (tahun 1999 peringkat 5), peringkat kedua ditempati oleh Oriental Financial Group, San Juan dengan ROE 32,91% (tahun 1999 peringkat 12), Peringkat ketiga ditempati oleh U.S Trust Corp, New York dengan ROE 29,22% (tahun 1999 peringkat 3), sedangkan Commerce  Bancshares, Kansas City menempati peringkat 100 dengan ROE 15,40% (tahun 1999 peringkat 93) memiliki kinerja terburuk.


Penelitian serupa yang dilakukan diIndonesiaadalah:


1)   Sumarta (2000) yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja terhadap perbankan yang terdaftar di bursa efek di Indonesia dan Thailand sejak tahun 1994 sampai 1996, dengan ukuran rasio-rasio keuangan aspek-aspek CAMEL.  Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR, RORA, ROA, CML dan hasil uji serentak CAMEL secara keseluruhan kinerja perbankanIndonesialebih baik dibandingkan kinerja perbankanThailand;


2)   Payamta (1998) yaitu melakukan evaluasi kinerja perusahaan perbankan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terhadap 22 bank publik yang listing. Kinerja bank diukur berdasarkan CAMEL rating yang merupakan indikator pengukur kinerja atau kondisi kesehatan bank.  Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja bank sebelum dan sesudah go publik;


3)   Wahyudi (2000) meneliti tentang kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruhIndonesiakurun waktu 3 (tiga) tahun yaitu periode   1996 – 1998 dengan menggunakan variabel likuiditas, profitablitas dan efisiensi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia cenderung terus meningkat dan sehat, kecuali pada tahun 1998 terjadi penurunan dikarenakan adanya krisis ekonomi;


4) Yuniasih (2001) meneliti tentang kinerja keuangan Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Kabupaten Bangli Tahun 1996 – 2000 dengan alat analisis CAMEL. Hasil penelitian ini menunjukkan  bahwa selama periode analisis per 31 Desember, PD BPR Bank Pasar Kabupaten Bangli dengan penilaian secara gabungan berpredikat sehat ditinjau dari kesehatan bank namun masih ada komponen-komponen dari faktor-faktor yang dinilai tidak termasuk dalam katagori sehat dan perlu perbaikan, terutama faktor-faktor yang berkaitan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif masih terlalu kecil, manajemen dan rentabilitas yang berlebihan.  Penguasaan pangsa pasarnya yang diwakili oleh jumlah aktiva dan dana yang terhimpun serta kredit yang diberikan masih kalah bersaing dengan bank-bank sejenis lainnya. PD BPR Bank Pasar Kabupaten Bangli mampu melaksanakan fungsi intermediasi dana secara baik.


            Mengacu pada beberapa penelitian tersebut, maka penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian di atas.  Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu dalam hal obyek penelitian, daerah penelitian, periode waktu penelitian, serta analisis kesehatan bank yang digunakan. Persamaannya adalah bahwa penelitian ini meneliti kinerja keuangan bank dengan menggunakan rasio-rasio CAMEL. dan meneliti aspek intermediasi dana dan pangsa pasar untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Daerah.


1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:




  1. mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dengan menggunakan kriteria penilaian tingkat kesehatan Bank dari Bank Indonesia, sesuai Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum.  Faktor-faktor yang dinilai adalah permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas;

  2. mengetahui dan menganalisis  pangsa pasar (market share) PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah terhadap perbankan yang ada di  Propinsi Kalimantan Tengah. Pangsa pasar ini meliputi aktiva, dana yang dapat dihimpun dari masyarakat (funding) dan kredit yang diberikan kepada masyarakat (lending);

  3. Mengetahui dan menganalisis intermediasi dana PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dengan membandingkan Loan to Deposit  Ratio-nya  (LDR) terhadap LDR perbankan yang ada di  Propinsi Kalimantan Tengah, di samping itu untuk mengetahui share-nya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Kalimantan Tengah.


1.3.2 Manfaat penelitian




  1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah selaku salah satu pemilik modal, mengenai kinerja keuangan PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan strategis dalam mendorong kesuksesan perbankan daerah ditinjau sebagai agen pembangunan dan badan usaha yang mengejar keuntungan

  2. Sebagai masukan dan dorongan kepada manajemen PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah untuk terus menerus berupaya meningkatkan kinerja keuangan, pangsa pasar dan intermediasi dana, sehingga diharapkan dapat memberikan bagian laba yang terus meningkat sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dan sebagai penggerak perekonomian daerah.

  3. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang kinerja keuangan perbankan dan bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

0 komentar:

Posting Komentar